BerdayaNews.com — Indonesia adalah rumah besar dengan ragam ruang hidup di dalamnya. Di satu sisi ada desa yang tenang dan hijau; di sisi lain, berdiri kota-kota modern dengan perumahan rapi, rumah susun yang padat, hingga apartemen yang menjulang. Setiap ruang menghadirkan pengalaman sosial yang berbeda, dan pada akhirnya membentuk watak serta nilai masyarakat yang menghuni di dalamnya.

Meski cara hidup berubah seiring tempat tinggal, benang merahnya tetap sama: manusia ingin merasa aman, terhubung, dan dihargai.

Desa: Tempat Kebersamaan Menjadi Identitas

Di desa, hubungan antarmanusia terjalin sekuat akar pohon yang menopang tanahnya. Semua orang saling mengenal—nama, keluarga, hingga cerita hidupnya.
Gotong royong bukan hanya tradisi, tetapi sistem sosial yang mengikat mereka.

Lingkungan yang luas dan ritme hidup yang pelan melahirkan watak:

  • ramah dan hangat,
  • saling mendukung,
  • menjaga nilai adat,
  • memecahkan masalah melalui musyawarah.

Desa membentuk watak komunal dan menanamkan nilai kebersamaan, kepercayaan, dan solidaritas.

Perumahan Kota: Harmoni Modern yang Tetap Menjaga Kekerabatan

Perumahan menghadirkan suasana baru—lebih teratur, lebih modern, dan lebih privat. Namun di balik pagar rumah yang rapi, rasa kekeluargaan tetap tumbuh.

Baca juga :  Nepotisme di Daerah dan Bahaya Birokrasi yang Dikuasai Keluarga dan Tantangan Bagi Penegak Hukum

Interaksi tidak seintens di desa, tetapi tetap terjaga lewat:

  • arisan RT,
  • posyandu,
  • pertemuan warga,
  • perayaan kecil antar-tetangga.

Lingkungan yang stabil dan dihuni banyak keluarga membuat masyarakat perumahan memiliki watak:

  • mandiri namun sosial,
  • peduli tetapi selektif,
  • teratur dan sadar aturan,
  • menghargai privasi.

Perumahan membentuk nilai harmoni modern—seimbang antara kedekatan dan batas pribadi.

Rumah Susun: Kedekatan yang Lahir dari Ruang Bersama

Rumah susun menghadirkan realitas sosial yang unik. Ruang yang terbatas membuat penghuni saling berjumpa setiap hari, baik di koridor, tangga, lapangan kecil, atau area jemuran.

Di sinilah tumbuh nilai:

  • toleransi tinggi,
  • empati spontan,
  • kemampuan beradaptasi,
  • solidaritas berbasis kebutuhan bersama.

Konflik kecil kadang muncul, tetapi seringkali tergantikan oleh sikap saling membantu, seperti menjaga anak tetangga sebentar atau berbagi makanan sederhana.

Rusun membentuk watak adaptif dan sosial-pragmatis, serta menumbuhkan nilai kebersamaan dalam keterbatasan.

Apartemen: Keteraturan Urban dan Individualisme Positif

Di apartemen, mobilitas penghuni tinggi dan interaksi cenderung terbatas. Namun kehidupan modern ini tetap menyimpan nilai-nilai sosial tersendiri.

Baca juga :  Pemkot Bekasi Perkuat Fondasi Smart City Lewat Ducting Bawah Tanah, Ini Langkah-Langkah yang Akan Dilakukan

Penghuni apartemen dibentuk oleh ritme cepat dan profesional:

  • menghargai privasi,
  • disiplin aturan,
  • efisien dalam aktivitas,
  • sopan dalam interaksi singkat.

Meski jarang bertegur sapa, kebaikan kecil tetap hadir—menahan pintu lift, memberi jalan di lorong, atau tersenyum singkat di lobby.

Apartemen menumbuhkan watak mandiri dan profesional, serta nilai individualisme positif: ketertiban, kesantunan, dan efisiensi.

Bagaimana Lingkungan Menciptakan Watak?

Secara sosiologis, teori klasik maupun modern sepakat bahwa:

Perilaku manusia adalah fungsi dari diri dan lingkungan.
(Kurt Lewin)

Desa menciptakan hubungan emosional, sementara kota menciptakan hubungan rasional.
(Tönnies & Wirth)

Kepadatan, pola interaksi, fasilitas, dan mobilitas sosial pada akhirnya mencetak karakter khas pada penghuninya.

Benang Merah: Di Mana Pun Kita Tinggal, Kita Tetap Butuh Sesama

Meskipun ruang hidup kita berbeda—dari sawah yang luas, jalan perumahan yang rapi, tangga rusun yang padat, hingga lobi apartemen yang modern—kita semua tetap bergerak dengan kebutuhan sosial yang sama:

  • ingin dihargai,
  • ingin diterima,
  • ingin merasa aman,
  • ingin terhubung.

Desa mengajarkan kebersamaan,
perumahan mengajarkan harmoni,
rumah susun mengajarkan toleransi,
apartemen mengajarkan profesionalisme.

Baca juga :  Tok!DPR RI Sahkan Undang-Undang Pengelolaan Ruang Udara: Perkuat Kedaulatan, Tingkatkan Kepastian Hukum, dan Dorong Pemanfaatan Ekonomi Dirgantara

Pada akhirnya, perbedaan lingkungan bukan memisahkan kita, tetapi memperkaya cara kita menjadi manusia.fs