BERDAYANEWS.COM, SALATIGA — Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menegaskan pentingnya kolaborasi antara dunia industri dan pendidikan sebagai langkah strategis menuju kemandirian teknologi nasional. Hal itu disampaikan saat kunjungan kerja ke DTECH Engineering (Arumi Motoparts) dan Akademi Inovasi Indonesia (AII) di Krajan Dua, Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (7/11/2025).
Sebelumnya, Wapres Gibran juga mengunjungi Kampung Singkong Salatiga, yang menjadi bagian dari agenda kunjungan kerja di wilayah Jawa Tengah.
Dalam kunjungan ke DTECH Engineering dan AII, Wapres meninjau langsung sinergi antara industri dan lembaga pendidikan yang berhasil menciptakan ekosistem inovasi berbasis teknologi tinggi, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat kemandirian dan penguasaan teknologi nasional.
“Sinergi seperti ini menjadi contoh nyata bagaimana dunia pendidikan bisa berperan aktif dalam pengembangan teknologi industri nasional,” ujar Wapres Gibran saat berbincang dengan para pengelola dan mahasiswa AII.
Melalui pendekatan teaching factory dan project-based learning, AII membekali siswa dengan pengalaman langsung dalam proses riset dan manufaktur. Para siswa dilibatkan mulai dari tahap desain hingga produksi dan pemasaran produk—termasuk pemanfaatan platform digital e-commerce untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Wapres menilai bahwa kemitraan semacam ini menjadi model ideal dalam mencetak talenta muda siap industri dan memperkuat link and match antara dunia pendidikan vokasi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
“Pendidikan vokasi yang terintegrasi dengan industri seperti ini dapat melahirkan SDM unggul yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga siap berinovasi,” tambahnya.
Masalah Nasional: Banyak Lulusan SMK Belum Bekerja
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, per Agustus 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menjadi yang tertinggi di antara semua jenjang pendidikan, yaitu mencapai 8,63 persen atau sekitar 1,63 juta lulusan yang belum bekerja.
Angka ini memang sedikit menurun dari tahun sebelumnya yang berada di level 9,01 persen, namun tetap menunjukkan tantangan besar dalam menyerap tenaga kerja vokasi di pasar industri nasional.
Sinergi antara dunia usaha dan pendidikan seperti yang dilakukan oleh AII dan DTECH Engineering dinilai sebagai salah satu solusi nyata untuk mengatasi ketimpangan tersebut.
Langkah Pemerintah: Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Link & Match Industri
Untuk menekan angka pengangguran di kalangan lulusan SMK, Pemerintah Pusat telah meluncurkan berbagai kebijakan dan program strategis, antara lain:
-
Program Link and Match antara dunia pendidikan vokasi dan dunia usaha/industri (DUDI) yang difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pendidikan, guna menyelaraskan kurikulum, pelatihan guru, serta magang dan produksi bersama di sekolah.
-
Program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) yang menjadikan sekolah kejuruan sebagai rujukan unggulan vokasi berbasis industri, dengan fasilitas praktik dan kerja sama dunia usaha agar lulusan lebih siap kerja maupun berwirausaha.
-
Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi, yang mengatur agar seluruh program vokasi lebih responsif terhadap kebutuhan industri nasional.
-
Insentif pajak “super tax deduction” bagi industri yang aktif memberikan pelatihan, magang, dan kemitraan dengan sekolah vokasi.
-
Program Pengembangan SMK Tahun 2025, yang meliputi bantuan fasilitas teaching factory, sertifikasi kompetensi, dan pendampingan kewirausahaan bagi siswa dan guru.
Langkah-langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memperkuat peran pendidikan vokasi sebagai tulang punggung peningkatan kompetensi tenaga kerja muda Indonesia.
Kolaborasi ini turut dirasakan langsung oleh Anggi Vandika, lulusan angkatan pertama AII yang kini bekerja di DTECH Engineering. Ia mengaku bahwa sinergi pendidikan dan industri telah membuka peluang besar bagi siswa vokasi untuk berkembang.
“Ini benar-benar link and match. Perusahaan butuh tenaga yang siap kerja, dan kami dari dunia pendidikan juga butuh tempat untuk belajar nyata,” ujar Anggi.
Menurutnya, pengalaman tersebut mengubah cara pandang banyak lulusan vokasi.
“Kalau dulu lulusan SMK mungkin hanya jadi operator, sekarang kami bisa mengatur tim besar, memahami proses dari riset hingga penjualan. Itu bekal luar biasa,” ungkapnya.
Wapres Gibran berharap, model kemitraan seperti yang dilakukan DTECH Engineering dan AII dapat direplikasi di berbagai daerah di Indonesia. Dengan begitu, pendidikan vokasi dapat berkontribusi langsung dalam memperkuat daya saing bangsa di bidang teknologi dan industri.fs


