Dari Paris hingga Sydney, tujuh stasiun baru ini telah mendapatkan penghargaan atas ‘ambisi arsitekturnya yang luar biasa’
Oleh: Ruth Lawes – Diedit oleh Redaksi BerdayaNews
BerdayaNews.com — Saat sebagian besar orang menganggap stasiun kereta hanya sebagai tempat menunggu perjalanan berikutnya, tujuh bangunan menakjubkan ini membuktikan sebaliknya: bahwa transportasi publik bisa menjadi mahakarya arsitektur dan simbol kebanggaan bangsa.
Dalam ajang penghargaan arsitektur internasional Prix Versailles 2025, tujuh stasiun dari berbagai penjuru dunia dinobatkan sebagai stasiun kereta api terindah di dunia. Dari Paris hingga Sydney, semuanya dinilai atas “ambisi arsitekturnya yang luar biasa” serta kemampuan mengubah pengalaman perjalanan menjadi petualangan visual.
1. Stasiun Gadigal – Sydney, Australia

Dinamai untuk menghormati masyarakat Aborigin Gadigal, penjaga tradisional tanah Sydney, stasiun ini menjadi simbol modernitas dan penghormatan budaya.
Bukan sekadar tempat transit, setiap pintu masuk stasiun menampilkan karya seni keramik monumental yang terinspirasi dari terowongan bawah tanah.
Prix Versailles menggambarkannya sebagai “lambang modernitas absolut yang sekaligus galeri publik bawah tanah.”
2. Stasiun Baiyun – Guangzhou, Tiongkok

Lebih dari sekadar simpul transportasi besar dengan 24 jalur kereta cepat, enam rute metro, dan tiga terminal bus, Stasiun Baiyun didesain sebagai taman kota masa depan.
Dengan jalur pejalan kaki melingkar dan taman rimbun di tengah bangunan, arsitekturnya memadukan kecepatan teknologi dengan ketenangan alam — menciptakan ruang publik yang hidup dan menyatukan komunitas urban Guangzhou.
3. Stasiun Pleyel – Saint-Denis, Paris
Berada 28 meter di bawah tanah, stasiun ini memancarkan kemewahan yang hangat. Cahaya alami menembus atrium besar yang seluruhnya dilapisi panel kayu alami, bukan baja atau beton.
Lebih dari 100 patung menghiasi ruangnya, menjadikan Stasiun Pleyel bukan hanya jalur transportasi, tetapi juga galeri seni bawah tanah terbesar di Eropa.
4. Stasiun Gustave Roussy – Villejuif, Prancis

Stasiun ini menjadi contoh arsitektur humanis, mengutamakan kenyamanan penumpang dengan pencahayaan alami dan tata ruang yang lembut. Lokasinya yang terhubung ke kompleks medis menjadikannya simbol transportasi untuk kehidupan — memadukan fungsi publik dengan misi kemanusiaan.
5. Stasiun Mons – Belgia

Rancangan arsitek terkenal Santiago Calatrava menjadikan Stasiun Mons sebagai simbol kebangkitan kota industri Belgia. Lengkungan baja dan kaca raksasa menciptakan siluet futuristik yang terlihat megah saat matahari senja memantulkan cahayanya ke atap transparan.
6 & 7. Stasiun KAFD & Qasr Al Hokm – Riyadh, Arab Saudi

Dua stasiun ini menggambarkan transformasi Arab Saudi menuju kota masa depan.
Keduanya menonjolkan desain geometris khas Timur Tengah yang berpadu dengan teknologi tinggi, melambangkan harmoni antara tradisi dan modernitas.
Refleksi: Bagaimana dengan Indonesia?
Sementara dunia berlomba-lomba menjadikan stasiun sebagai pusat seni, budaya, dan inovasi publik, Indonesia masih berkutat dengan masalah klasik: keterlambatan proyek, desain monoton, dan kebijakan yang sering diperdebatkan daripada diselesaikan.
Beberapa stasiun baru seperti Manggarai, Jatinegara, dan Tugu Yogyakarta memang mulai menunjukkan kemajuan, namun masih jauh dari ambisi global yang menggabungkan fungsi, estetika, dan makna sosial.
“Infrastruktur bukan hanya soal beton dan baja, tetapi tentang identitas bangsa. Saat negara lain menghadirkan seni di setiap peron, kita seharusnya bisa menghadirkan karakter Indonesia dalam setiap batu yang kita bangun,”
ujar seorang pemerhati transportasi publik yang enggan disebut namanya kepada BerdayaNews.com.
Jika arsitektur adalah cermin peradaban, maka stasiun kereta api adalah gerbang menuju masa depan.
Pertanyaannya: apakah Indonesia siap membangun stasiun bukan hanya untuk berangkat — tapi juga untuk menginspirasi generasi berikutnya.fs



